Stasiun kereta Senen di hari Sabtu pukul 6.20 pagi terlihat normal . Ada cukup banyak orang, tapi tidak sampai ada antrian. Kereta Fajar Utama yang akan membawa kami liburan ke Yogyakarta sudah terparkir dengan gagahnya di jalur 1. Pintu-pintu kereta sudah terbuka, seakan memanggil para penumpang untuk segera naik.
Setelah menunjukkan aplikasi pedulilindungi di handphone yang sudah dilengkapi dengan sertifikat vaksin dan hasil tes negatif rapid antigen, kami diperbolehkan melewati pintu masuk menuju peron. O iya, kami juga menunjukkan tiket yang kami cetak di mesin pencetak yang ada di dekat pintu masuk. Jadi, setiap kali kita membeli tiket kereta secara online, kita akan mendapat barcode. Nah, barcode itu harus kita scan di mesin cetak, dan hanya dalam hitungan detik mesin akan mencetak tiket kereta kita. Sangat mudah !
2 koper ukuran sedang dengan muatan penuh, 3 backpack ukuran sedang ( juga dengan muatan penuh ) , dan 1 backpack ukuran kecil . Itulah harta benda yang kami bawa dalam perjalanan kali ini. Yah, sebagian besar sih itu “perabotan lenong” mamak. Bapak portir membantu membawakan sebagian barang kami. Kami manusia-manusia lemah dan manja ini memang butuh bantuan dari manusia-manusia yang punya bakat Superman. Kami tidak akan bisa duduk dengan nyaman di kereta ini tanpa pinggang encok jika kami tidak dibantu olah bapak portir. Semoga rejekinya selalu banyak ya pak, dan terus diberikan kesehatan dan kekuatan, amin.
Tepat pukul 6.45 kereta kami mulai bergerak maju, perlahan meninggalkan Stasiun Kereta Senen. Pemandangan di luar jendela membuat hati mamak tersentuh. Bagaimana tidak, para kru dan bahkan para portir menundukkan kepala dan menyilangkan tangan kanan mereka ke dada kiri, sebagai tanda bahwa doa mereka menyertai dan mengiringi perjalanan kereta ini beserta dengan seluruh penumpang yang ada di dalamnya, dan kami adalah salah satunya! Mata mamak berkaca-kaca, sambil dalam hati balik mendoakan mereka.
Aaah, tissue mana, tissue ??
Untunglah, tak lama kemudian mas dan mbak dari gerbong restorasi mulai berkeliling menawarkan makanan dan minuman. Kesedihan mamak mulai teralihkan dengan kesibukan memilih sarapan apa ya enaknya, nasi goreng atau nasi campur. Dan, ah ya, secangkir kopi susu panas pastinya.
Setelah kurang lebih 8 jam perjalanan yang diisi dengan menikmati pemandangan di luar jendela, 2 kali ke toilet, 1 kali makan nasi goreng, dan 2 cangkir kopi susu, akhirnya kami sampai di Yogyakarta. Dan, lagi-lagi kami harus dibantu oleh bapak portir.
Karena hari sudah cukup sore, sekitar pukul 15.30, dengan menggunakan gocar kami langsung menuju homestay yang sudah kami pesan dan bayar secara online lewat salah satu website khusus untuk menyewa penginapan. Kami merasa excited, karena berdasarkan foto-foto yang ada di website, penginapan yang kami pesan terlihat nyaman dan cozy. Rasanya ingin cepat-cepat sampai ke penginapan, mandi air hangat, dan setelah itu leyeh-leyeh di kasur mengistirahatkan badan yang mulai mudah lelah karena sudah cukup oyot , sambil menunggu waktu makan malam.
Setelah sampai di sana, mmmbbaaadaalllaaahhhhh……!!!
Kami dikejutkan dengan pemandangan teras dan halaman yang berantakan dan kotor! Beberapa barang yang terbuat dari besi yang sudah karatan teronggok begitu saja di pinggiran halaman. Seorang ibu, entah siapa, segera menarik masuk anaknya ke dalam kamar begitu melihat kedatangan kami. Apakah kami memiliki wajah yang terlihat seperti pemakan anak? Entahlah, hanya ibu itu yang tahu.
Dan ketika kami melihat kamar yang dipersiapkan untuk kami, hilang semua khayalan indah tentang kamar yang bersih , nyaman , berwarna cerah , dengan kasur empuk yang tertutup sprei cantik yang halus dan lembut.
Itu, ituuu apa yang ada di pojok jendela kamar ?? Hah, ternyata lubang dengan ukuran yang cukup untuk seekor anak ular menyusup masuk dari semak belukar rimbun yang ada tepat di luar jendela ! Hiii..! Dan itu di kamar mandi, kenapa semua noda-noda hitam di lantai dan jamur-jamur di tembok tidak terlihat di foto yang di upload di website ?
Lalu, join kitchen yang di foto terlihat seperti coffee bar, kenapa ini berubah jadi bengkel ?? Sekrup, mur, baut , beberapa sparepart motor dan alat pertukangan berserakan di meja bar. Kemana perginya cangkir-cangkir cantik yang seharusnya ada di situ ? Padahal, salah satu alasan kami memilih tempat ini karena sudah (lagi-lagi) berkhayal setiap pagi kami akan memulai hari kami dengan menikmati kopi di dapur “ cantik” ini, mengingat di website tercantum bahwa harga yang dibayarkan sudah termasuk sarapan, tapi ternyata tidak termasuk. Dasar nasib, khayalan sesederhana itu saja pupus. Next time, kalau mau mengkhayal, mamak tidak akan tanggung-tanggung. Sekalian saja mengkhayal ngopi bareng “ Friends” di Central Perk Café New York.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, kami membatalkan pesanan kami untuk menginap di tempat ini. Sebenarnya, berdasarkan peraturan yang berlaku, jika pembatalan dilakukan oleh penyewa maka dana yang sudah dibayarkan tidak dapat dikembalikan. Namun, karena kebesaran dan kebaikan hati 2 anak muda pemilik tempat ini, mereka bersedia untuk mengembalikan dana yang sudah dibayarkan setidaknya setelah 6 hari kerja. Dan bahkan mereka pun memohon maaf atas ketidaktepatan informasi yang tertera di website karena kurang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Mereka sangat bisa mengerti dengan keputusan kami. Dengan baik hati mereka juga mempersilahkan kami untuk tetap tinggal , sehingga kami punya kesempatan untuk mencari penginapan lain secara online. Baik kan mereka ? Buat kami, mereka adalah orang-orang baik yang kami temui ditengah kesusahan.
Mengapa buat kami ini adalah kesusahan? Karena sungguh tidak mudah mencari tempat menginap di Jogja, disaat weekend, dimana semua hotel penuh dan hanya tersisa kamar-kamar suite dengan harga yang astaganagadotcom mahalnya ! Belum lagi barang bawaan kami yang banyaknya setara dengan rombongan sirkus keliling . Ditambah dengan waktu yang sudah semakin malam, dan perut meronta-ronta minta diisi capcay goreng ayam, puyunghai, kangkung tumis, ayam goreng, ikan bakar , sambal, dan nasi putih hangat double porsi. Iya, kami memang selapar itu.
Itu kisah drama babak pertama kami hari ini. Mari, lanjut ke drama babak kedua …
Setelah melakukan pencarian penginapan melalui handphone , sambil kaki-kaki kami menjadi santapan makan malam nyamuk-nyamuk kampreetsiaak, seperti sebuah keajaiban akhirnya kami menemukan tempat menginap yang sesuai dengan kriteria kami ! Huh, rasakan kalian nyamuk-nyamuk jahanam ! Kaki-kaki kami akan segera kami bawa pergi dari sini !
Sesudah gocar yang kami pesan datang menjemput, kembali kami menggotong-gotong “ perabotan lenong” kami ke bagasi dan segera menuju ke tempat penginapan baru yang sudah kami pesan. Penginapan ini letaknya sangat strategis, hanya berjarak 10 menit berjalan kaki ke Malioboro dan Titik Nol Kilometer, yang merupakan pusat keramaian kota Jogja. Titik favorit turis seantero jagat.
Tapi ternyata, karena letaknya yang dekat dengan pusat keramaian, untuk mencapai penginapan ini kami harus berjibaku dengan kemacetan yang sangat parah, dengan tingkat keacakan seperti rambut yang puluhan tahun tidak disisir, kusut masai. Menurut pendapat lebai mamak, setengah dari penduduk dunia sedang liburan ke Yogyakarta, dan sekarang sedang berjalan-jalan di Malioboro.
Dengan kesabaran tingkat maha tinggi, akhirnya kami mampu melewati kemacetan tersebut dengan tetap tersenyum sumringah. “ Halo, selamat datang di homestay kami, mari saya antar ke kamar anda di lantai 3 “ sambut si pemilik penginapan dengan ramah. Aneh, yang mendengar perkataannya adalah kuping kami, tapi mengapa lutut kami yang merespon ya? tiba-tiba gemetar tanpa sebab. Apalagi ketika mata kami melirik tumpukan koper-koper dan backpack kami yang entah kenapa terlihat semakin berat dan besar. Tak ayal, lutut setengah tua kami makin bergetar. Maksud hati ingin bertanya liftnya dimana ya, tapi tidak jadi karena sang pemilik sudah lebih dulu menunjuk tangga besi curam dengan lebar 70 cm yang persis ada di sebelah kami.
“ Mari silahkan kita panjat bersama tangga ini, saya bantu bawakan sebagian barang “ katanya. Puji Tuhaan…. Terima kasih ibu, Tuhan memberkatimu .
Setelah semua barang terangkut ke dalam kamar, jangan dipikir kami sudah bisa mandi air hangat dan siap untuk mendengkur, ooh tentu belum ! Drama kedua belum terjadi mak ! Badan-badan yang sudah lelah ini masih harus pergi ke Bantul, untuk mengambil motor yang dipinjamkan oleh seorang teman kami yang baik hati, untuk kami gunakan selama 1 bulan rencana kami untuk berada di Yogyakarta, tanpa perlu membayar sama sekali. Lagi-lagi, kebaikan menolong kami….
Lanjut cerita, kami memesan gocar untuk yang ketiga kalinya dalam beberapa jam terakhir. Bantul berjarak kurang lebih 40 menit berkendara dari penginapan kami. Setelah sampai di rumah teman kami di Bantul, pak supir segera menurunkan kami sambil mengucapkan salam dan mengingatkan agar jangan ada barang yang tertinggal. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Karena sudah cukup larut dan kami sudah sangat kelelahan, kami tidak berlama-lama di sana. Kami berpamitan pada teman kami sambil mengucapkan terima kasih sudah meminjamkan motor pada kami. Entah kenapa , saat itu mamak seperti ada dorongan untuk memeriksa dompet mamak di dalam tas. Dan benar saja, ternyata dompet mamak tidak ada !
Dengan panik, kami bertiga sibuk mencari dompet yang hilang tersebut. Mulai dari seluruh isi tas mamak, kursi tempat kami duduk, sampai jalan di depan rumah di mana supir gocar menurunkan kami. Hasilnya nihil !
Bisa bayangkan bagaimana perasaan mamak saat itu? Sudah lelah, lapar, badan terasa lengket dan kotor, dan ditambah panik luarbiasa karena dompet yang hilang berisi kartu identitas dan semua kartu penting lainnya. Sudah terbayang betapa sulitnya nanti untuk mengurus kembali semua kartu-kartu penting itu, menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Ditambah lagi dompet itu adalah hadiah ulang tahun mamak 4 tahun lalu dari beberapa emak-emak sahabat mamak. Mereka mengumpulkan uang untuk membelikan mamak dompet ini. Bagaimana mamak tidak sedih coba?? Aaarrrrggghhhh…!! Ingin teriak bangkeeee , buduukkk , janncccc….uuu….., untung keburu istigfhar.
Tariiikk nafas, buang nafas, tariiikk nafas lagi , buang nafas lagi. Mamak kemudian duduk, dan membuka aplikasi gojek di handphone untuk mencari tahu apa yang bisa di lakukan. Ternyata, ada nomor telepon call center yang bisa di hubungi untuk meminta bantuan. Mamak langsung menghubungi nomor tersebut. Hanya dalam 5 menit setelah memberikan laporan dan keterangan tentang apa yang terjadi, operator Gojek memberikan mamak nomor telepon pak supir yang mengantarkan kami . Terima kasih Gojek !
Tanpa menunggu lama, mamak langsung menghubungi pak supir , daaaannn…..handphonenya tidak aktif ! Lagi-lagi, mamak mau nangis dan teriak-teriak. Setan alas dedengkot biji karet ayam kurap kaos kaki asem celana dalem soweeekk !!!
Tapi sukurlah, mamak akhirnya kembali bisa menenangkan diri. Dan karena kata orang-orang apa yang kita pikirkan biasanya itu yang terjadi, mamak mulai berusaha berpikir positif. Oh mungkin handphone pak supir lowbat , dan nanti begitu sampai di rumah akan segera di charge dan pesan mamak akan segera diterima. Hati mamak agak sedikit tenang. Sedikit, artinya belum banyak, artinya belum tenang mak !
Karena merasa sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain berharap pak supir menerima pesan mamak dan menghubungi balik, kami akhirnya berpamitan kepada teman kami untuk kembali ke penginapan, dan akan mencoba untuk berisitrahat.
Malam itu, kami melewatkan makan malam. Tidak ada satupun dari kami yang masih merasa lapar, walaupun terakhir kali kami makan adalah di kereta ketika masih dalam perjalanan menuju Yogyakarta. Setelah mandi air hangat , mamak membaringkan diri di tempat tidur, dan berusaha untuk tidur. Rasanya ingin cepat-cepat pagi. Walaupun beberapa kali terbangun, tapi akhirnya mamak bisa benar-benar tertidur.
Pukul 5.30 pagi mamak sudah terbangun, dan langsung membuka hp. Belum ada jawaban dari pak supir, bahkan wa mamak belum terkirim. Pikiran mamak betul-betul galau.
Eh, tak disangka, beberapa menit kemudian pak supir menelpon mamak dan memberitahu kalau dompet mamak memang ada tertinggal di mobilnya, dan akan segera diantarkan ke penginapan kami ! Dan benar saja, 1 jam kemudian pak supir datang dari rumahnya yang ternyata cukup jauh jaraknya, hanya khusus untuk mengantarkan dompet mamak! Wow!!
Mamak merasa sangat bersalah, karena keteledoran mamak menyusahkan dan merepotkan orang lain. Betapa orang baik masih ada di dunia yang kejam dan fana ini . Untuk ketiga kalinya dalam 24 jam terakhir , sebuah kebaikan menolong kami lagi, khususnya mamak secara pribadi.
Drama 2 babak yang terjadi dalam perjalanan liburan ke Yogyakarta mengajarkan mamak satu pelajaran berharga, bahwa Tuhan tidak selalu menunjukkan kasihNya pada kita melalui kesenangan. Kadang Tuhan mengijinkan kita ada dalam kesulitan dan kesusahan yang membawa kita bertemu dengan orang-orang baik, dan kita bisa merasakan kasih Tuhan pada kita lewat kebaikan mereka.
Tiba-tiba kami merasa lapar……
Yogyakarta, 25 November 2021
WOW Kak…
Seru deg deg an dan bener2 lelah lahir batin ya…
Hope those only happened on the first day and you could enjoy the rest of the days there!
Looking forward to read more stories about Yogya!
Happy holiday!
thank youuuu Yoviii……. cerita-cerita berikutnya pasti akan bermunculan….hiihihi….
Keren banget tulisan dan kisahnya mbk Jo! Salut buat mbk Joe yg (ternyata) punya website sendiri, hihihi….
Sudah cucok jadi novelis loh mbk Jo 🤗
Ditunggu tulisan berikutnya 🥰
eeeehh ada mbak Enda …hihihii…….aku mendapat kunjungaan…..
thank youuu mbaaak, kalo ada yg coment tuh bikin semangat nuliis deh…….. 🙂
[…] seorang bapak-bapak berusia 50 tahun. Dengan menunggangi 2 motor matic, kami membelah jalanan Jogja – Magelang dengan hati riang dan perut berdendang karena belum terisi sarapan nasi kucing tempe […]