Pagi ini, mamakJoe bangun dengan excited. Setelah 17 tahun , akhirnya hari ini mamak punya kesempatan untuk jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor (KRB). Jadi ceritanya, 17 tahun yang lalu mamak tinggal di Sentul Bogor. Saat itu, mamak selalu punya keinginan untuk mengeksplore KRB, yang merupakan kebun raya tertua di Asia Tenggara. Bisa dibayangkan kan, berapa banyak kisah menarik yang terjadi di tempat ini dalam kurun waktu lebih dari 200 tahun. Mulai dari kisah sejarah berdirinya KRB di jaman kolonial, hingga kisah horor makam-makam tua yang ada di tempat ini. Tak ketinggalan pula kisah cinta sir Thomas Raffles , tokoh penting dari sejarah berdirinya Kebun Raya Bogor. Semua kisah-kisah itu sebenarnya menarik untuk disimak dan dieksplore. Namun karena mamakJoe adalah seorang mamak-mamak berhati melankolis, jadi dari sekian banyak kisah menarik , pastinya mamak tertarik dengan kisah cinta dibalik keberadaan monumen Tugu Lady Raffles yang berdiri sejak tahun 1814. Tugu ini merupakan jejak kisah cinta Raffles dan Lady Olivia di Kebun Raya Bogor yang masih ada hingga kini.

Karena pada saat itu mamak masih sibuk membesarkan 2 anak mamak yang sedang bangor-bangornya, keinginan itu belum bisa terpenuhi. Ya memang sih, selama 6 tahun mamak tinggal di Sentul, mamak pernah beberapa kali berkunjung ke tempat ini. Tapi ,itu hanya sebatas jajan pisang goreng di Green Garden Café ( dulu bernama Café Dedaunan ) dan lari-larian nggak jelas di taman café.

Dan hari ini, sangking excited, jam 7.30 pagi kami sudah berada di KRL yang sedang melaju membawa serta tubuh mamak yang seberat 57 kilo ini menuju Kota Bogor. Ah, ciamik sekali KRL ini ketika bisa duduk dengan nyaman tanpa harus berebut tempat dengan para emak-emak militan yang selalu sulit untuk dilawan, pun bahkan ketika mereka merebut atau menyerobot antrian. Kami sengaja memilih moda transportasi ini karena selain agar terlihat seperti traveler sejati dalam kisah-kisah film, juga terutama untuk menghemat ongkos 5-10 kali lebih murah bila dibandingkan dengan membawa kendaraan sendiri.

Sampai di stasiun kereta Bogor, mamak ternganga melihat kondisi stasiun yang sudah jauh lebih baik dari kondisi ketika kali terakhir mamak kesini 13 tahun yang lalu. Sekarang ini semua terlihat lebih rapi, bersih dan teratur. Penjual gorengan di pintu gerbang sangat menyiksa batin mamak dengan buih-buih minyak di wajan penggorengan dan suara mendesis ketika bapak penjual gorengan mencemplungkan sekumpulan tahu ke dalamnya. Dengan sekuat tenaga, mamak akhirnya berhasil menguatkan diri untuk mengabaikan semua godaan jajanan pinggir jalan. Mamak terus melangkahkan kaki dengan gagah menuju Kebun Raya Bogor yang hanya berjarak sekitar 1 km atau sekitar 15 menit berjalan kaki dari stasiun.

Wahai para pembaca yang Budiman,  walaupun mamak adalah seorang lulusan sarjana biologi, tapi dalam tulisan ini mamak tidak akan membahas tentang 15.000 jenis tanaman yang ada di KRB ( mengingat mamak mendapat nilai D dalam matakuliah Taksonomi Tumbuhan ). Sebaliknya , mamak akan berbagi kisah cinta menarik yang menjadi bagian dari sejarah kebun raya seluas 87 hektar dan berumur lebih dari 200 tahun ini . Kisah cinta yang manis namun berakhir menyedihkan antara Sir Thomas Raffles dan Lady Olivia Raffles.

Ya uda sih mak, buruan cerita, jangan kebanyakan ngoceh !

Ya sabar ntong, ini juga mamak uda mau mulai cerita !

Cinta mendalam sang Gubernur Jenderal

“Oh Thou whom neer my constant heart, One moment hath forgot, tho fate severe hath bid us apart, yet still – Forget me not.

Yang artinya :

“ Kamu yang selalu berada di hatiku, tak pernah sedikitpun kulupakan, walaupun takdir memisahkan kita, janganlah pernah melupakan aku “

Prasasti dengan puisi cinta sebagai salah satu jejak kisah cinta Raffles dan Lady Olivia di Kebun raya Bogor
Puisi cinta yang ditulis oleh Lady Olivia

Meleleh hati mamak ketika membaca sebait puisi yang terpahat di Tugu Lady Raffles. Sir Thomas Raffles membangun monumen ini ketika istri yang sangat dicintainya itu pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Sang istri, yang bernama lengkap Olivia Mariamne Devenish lahir di India pada tahun 1771. Namun kemudian dia menetap dan tumbuh besar di Irlandia. Setelah suami pertamanya meninggal dunia, Lady Olivia kemudian bertemu dan menikah dengan Sir Thomas Raffles di London pada tahun 1805. Walaupun usia Lady Olivia 10 tahun lebih tua dari suaminya, namun keduanya saling mencintai. Begitulah, cinta memang tidak memandang usia.

Pasangan pemimpin yang mencintai kaum pribumi

Nasib kemudian membawa pasangan suami istri ini untuk menjalani kehidupan di Indonesia yang pada saat itu bernama Hindia Belanda. Ditahun 1811 Inggris mengambil alih kekuasaan dari Belanda. Inggris kemudian menunjuk Sir Thomas Raffles untuk menjadi gubernur jenderal yang memimpin Tanah Jawa.

Sir Thomas Raffles adalah seorang pemimpin yang punya banyak prestasi . Pria inilah yang mendirikan Kebun Binatang London dan menemukan bunga raksasa Rafflesia Arnoldi di Bengkulu . Tidak hanya itu , dunia juga mengenal Sir Thomas Raffles sebagai pendiri negara Singapore dengan semua modernisasi yang ada di negara tersebut.

Di Hindia Belanda sendiri, Raffles sangat menentang perbudakan , sehingga beliau banyak melakukan reformasi sosial yang berpihak pada kaum pribumi. Begitupun dengan istrinya , sebagai bentuk dukungan kepada suaminya Lady Olivia melakukan gerakan dan reformasi yang bertujuan sama dengan sang suami. Jika istri-istri gubernur jenderal lainnya sangat membatasi pergaulan dengan kaum pribumi karena mereka merasa tidak sederajat, Lady Olivia justru melakukan yang sebaliknya . Lady cantik ini bergaul dan bersosialisasi dengan siapa saja,  dari golongan mana saja, dan dari etnis mana saja . Kemanapun sang suami pergi melakukan kunjungan , bahkan ke daerah pelosok sekalipun, Lady Olivia selalu setia menemani. Tidak heran banyak orang dan juga suaminya sangat mencintainya , karena hatinya yang cantik , secantik wajahnya.

Lady Olivia jatuh sakit

Sungguh sayang, di tahun ketiga mendampingi Sir Thomas memerintah Jawa, Lady Olivia terserang penyakit malaria . Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk ini membuat kondisi kesehatannya menurun drastis. Hati Sir Thomas Raffles sangat sedih melihat keadaan istrinya yang semakin hari semakin memburuk. Diapun kemudian memutuskan untuk pindah menetap dari Batavia ke Buitenzorg ( Bogor ) , ke rumah peristirahatan yang memang diperuntukkan khusus untuk para gubernur jenderal yang bertugas di Hindia Belanda . Harapannya, udara bersih dan ketenangan di Buitenzorg bisa memulihkan kesehatan istri yang sangat dikasihinya.

Kehidupan yang bergulir kemudian terasa begitu membahagiakan bagi pasangan ini. Berjalan-jalan berdua di pagi hari mengelilingi danau di halaman belakang rumah peristirahatan menjadi rutinitas yang manis untuk mengawali hari. Sir Thomas Raffles sangat setia menemani dan mendampingi istrinya ketika sang istri berjuang melawan sakit yang menggerogoti tubuhnya.

Kepergian Lady Raffles

Seperti ada pepatah yang  berkata “ untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak” , itulah yang terjadi pada akhir kisah cinta Sir Thomas Raffles dan Lady Olivia. Walaupun Sir Thomas Raffles sudah melakukan semua upaya untuk kesembuhan istrinya, namun takdir berkata lain. Tepat pada tanggal 26 November 1814, di usia 43 tahun sang istri akhirnya pergi meninggalkan suami tercintanya untuk selama-lamanya.  Hati pria ini sangat hancur, dia terus meratapi kepergian wanita yang sangat  dicintainya itu. Raffles kemudian memakamkan jasad istrinya di Batavia, yang sekarang kita kenal sebagai Museum Prasasti di Jalan Tanah Abang 1.

Di tengah kesedihan mendalam atas kepergian istrinya, Sir Thomas Raffles kemudian mendirikan sebuah monumen untuk mengenang mendiang Lady Olivia Raffles. Monumen bergaya klasik Eropa ini dibangun di Buitenzorg, yang sekarang kita tahu sebagai Kebun Raya Bogor. Letaknya tidak jauh dari Pintu 1 KRB, dan dekat dengan Danau Gunting.

Tugu Lady Raffles, jejak kisah cinta Raffles dan Lady Olivia di Kebun Raya Bogor
Tugu Lady Raffles, Jejak kisah cinta Raffles dan Lady Olivia yang tersimpan di Kebun Raya Bogor

Sebait puisi cinta yang ditulis oleh Lady Olivia sendiri terpahat dengan indahnya di prasasti yang berada persis di tengah monumen yang dikelilingi 8 pillar kokoh berwarna putih khas arsitektur dari jaman kolonial .  Puisi indah ini semakin menguatkan aura romantis dari Tugu Lady Raffles. Bagi mamak pribadi , ada pesan mendalam yang menyentuh hati, tentang seseorang yang kita cintai bisa saja pergi meninggalkan kita, tapi sebenarnya dia tidak benar-benar pergi, dia hanya berubah bentuk dari raga menjadi kenangan.

Arwah gentayangan Lady Olivia

Tidak hanya jejak romantik, kisah cinta Sir Thomas Raffles dan Lady Olivia juga ternyata meninggalkan kisah mistis . Petugas kebersihan Kebun Raya Bogor yang bertugas sering melihat penampakan sosok noni Belanda yang berjalan mengelilingi Danau Gunting sambil bersenandung di sore hari menjelang maghrib . Masyarakat percaya bahwa sosok wanita dengan pakaian khas Belanda di jaman kolonial itu adalah penampakan arwah Lady Olivia Raffles yang sedang menikmati pemandangan. Nah, buat kamu yang ingin membuktikan kebenarannya, silahkan datang kesini setelah maghrib.

Istana Presiden di Kebun Raya Bogor
Danau Gunting di halaman belakang Istana Bogor

Kalau untuk mama sih, entah kepercayaan itu benar atau tidak, tapi satu hal yang pasti , jejak kisah cinta Raffles dan Lady Olivia di Kebun Raya Bogor yang sampai saat ini masih tersimpan lewat keberadaan Tugu Lady Raffles merupakan salah satu bukti bahwa cinta sejati itu ada.

Jovita

Hi, saya Jovita, welcome to my blog
Blog ini berisi tentang cerita perjalanan , petualangan, kisah hidup dan pemikiran-pemikiran pribadi saya sebagai seorang perempuan. Pernah berprofesi sebagai dosen, tapi akhirnya memilih untuk mengejar keinginan menjadi seorang penulis atau blogger.

4 Comments

Comments are closed.