Suatu kali, seorang teman perempuan di sosmed memposting foto dirinya yang sedang menenteng tinggi-tinggi sebuah tas ber merk mahal di tangannya, dengan caption “ Baru beli kemarin. Gaya gue mah beda dengan gaya loe ! “
Besok harinya , dia kembali memposting video selfie dengan menyoroti semua perhiasan yang melekat di tubuhnya. Mulai dari gelang, lalu ke cincin-cincin yang bertebaran di kelima dari 10 jari di tangannya, lanjut ke leher jenjangnya dengan untaian kalung bertatahkan berlian. Video ditutup dengan adegan dia menyibak rambutnya untuk menunjukkan anting-anting di telinganya. Sungguh sebuah video yang informatif sekali !
Beberapa jam kemudian, masih di hari yang sama, postingan baru kembali muncul di akunnya. Kali ini dia mengupload foto yang berisi tangkapan layar isi chat whatsappnya dengan temannya yang sedang liburan ke Eropa. Inti dari chat tersebut dia menitip untuk dibelikan satu barang oleh temannya itu, dan harus banget disebut kalau itu barang mahal. Dan tentu saja tidak ketinggalan caption yang mengatakan bahwa biasanya dia ikut liburan bersama teman-temannya itu tetapi kali ini tidak bisa ikut karena sibuk mencari sebongkah berlian.
Dilain waktu, dia memposting foto-foto mesranya dengan sang suami dan menuliskan betapa bahagianya suaminya sekarang ini setelah bersama dia, tidak seperti ketika suaminya masih bersama dengan pasangan terdahulu. Ckckckc, mamak merasa sungguh kagum dengan teman mamak ini, betapa sempurnanya dia !
Tapi, yang menjadi perhatian mamak, satu hal yang sangat jelas kelihatan, bahwa setiap caption dan postingan itu selalu dilengkapi dengan kata-kata merendahkan yang ditujukan untuk seseorang yang berulangkali dikatakan tidak secantik, sekaya dan sebaik dirinya.
“ Yaelah loe, baru juga segitu doang, masih kecean gue kemana-mana. Ngaca dulu gih !”
“ Sorry, beda kelas kita !”
Kemudian, teman-teman perempuan lainnya ( yang jelas teman satu geng ) akan memberi komentar negatif ikut-ikutan merendahkan, dan tentunya tidak lupa dengan ketikan “ wkwkwkwkw” atau “hahahaha” lengkap dengan emoji ngakak. Ngina berjamaah!
Lucunya, perempuan-perempuan modelan begini justru mendeclare dirinya sebagai “ classy woman “ alias wanita berkelas.
Whaaaattt?? Seriously ??
Sebagai sesama perempuan, rasanya pengen deh mamak comment , eh sadar nggak sih kalo loe itu norak ?? Nah kan, sekarang malah mamak kan jadi pengen ngina balik para “ perempuan berkelas” ini.
Yang menjadi masalahnya bukan soal pamernya ya, karena setiap orang bebas kok mau pamer apapun . Selama itu memang miliknya sendiri dan hasil kerja kerasnya, bukan hasil rampasan atau menipu atau punya orang di aku-aku, bebas mau pamer.
Tapi menghina dan merendahkan orang lain itu lho yang tidak elok dan sama sekali tidak berkelas, apalagi ini dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan lainnya dimana sesama perempuan seharusnya justru saling menguatkan dan membantu.
Pada kenyataannya, mana ada perempuan berkelas yang dengan noraknya pamer di social media sambil merendahkan sesama perempuan yang menjadi saingannya. Kalaupun bersaing, perempuan berkelas akan melakukannya dengan cara yang elegant dan bermartabat , seperti meng-upgrade diri misalnya. Memperbaiki kekurangan-kekurangannya, belajar skill baru, bergaul dan bersosialisasi lebih luas, membangun networking baru, dan menonjolkan kelebihannya untuk tujuan yang baik.
Dan yang pasti membagikan hal-hal positif yang bermanfaat di social media, bukannya tebar bala, pamer tas baru, barang branded, ngopi cantik ala so(k)sialita sambil menghina-hina perempuan lain yang tidak se-sosialita dan se” berkelas“ dia. Hadeuuuuhh….uda norak, sombong pulaak !
Perempuan memang bisa menjadi sangat kompetitif, terutama dalam hal pekerjaan, penampilan dan kecantikan, kekayaan, dan pria. Akar dari persaingan yang tidak sehat itu adalah rasa iri. Tidak suka ketika melihat ada perempuan lain yang lebih dari dirinya. Biasanya orang-orang yang hatinya di isi dengan rasa iri ini mereka-mereka yang justru tertinggal di belakang.
Kalau melihat ada perempuan atau teman yang keren, sukses , berhasil , daripada merasa iri dengki dan ingin menjatuhkan, kenapa sih nggak justru itu dijadikan motivasi untuk bisa seperti mereka. Bahkan mungkin mencontoh apa yang mereka lakukan dan kerjakan sampai bisa jadi sekeren itu!
Menyedihkan melihat perempuan bisa merendahkan sesama perempuan dengan begitu buruknya hanya karena persaingan . Berusaha menjatuhkan perempuan lainnya demi ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih baik, lebih unggul, lebih segalanya. Padahal, disaat merendahkan perempuan lain, justru dia sedang menunjukkan betapa rendahnya dia.
Buat para perempuan, apakah perlu sampai sebegitunya ?